Ruminansia adalah
kelompok hewan mamalia yang bisa memah (memakan) dua kali sehingga kelompok
hewan tersebut dikenal uga sebagai hewan memamah biak.
Dalam sistem
klasifikasi, manusia dan hewan ruminansia pada umumnya mempunyai kesamaan ciri
dari sistem pencernaan hewan ruminansia dan manusia. Seperti halnya pada
manusia, hewan ruminansia memiliki seperangkat alat pencernaan seperti rongga
mulut (gigi) pada hewan ruminansia terdapat gigi gerahan yang besar yang
berfungsi untuk menggiling dan menggilas serta mengunyah rerumputan yang
mengandung selulosa yang sulit dicerna. Selain rongga mulut hewan ruminansia
memiliki persamaan dalam alat pencernaan yaitu esophagus, lambung dan usus.
Yang membedakan hewan ruminansia dan manusia yaitu susunan dan fungsi alat pencernaan
, terutama susunan dan fungsi dari gigi dan lambung.
Lambung hewan
ruminansia terdiri atas lambung pengunyah, yaitu rumen (perut besar) dan retikilum (perut gala), serta lambung kelenjar yaitu omasum ( perut lutab) dan abomasums (perut masam). Abomasum merupakan lambung
sesungguhnya yang juga dimiliki mamalia lainnya.
Proses
Pencernaan Ruminansia tergolong
unik karena melibatkan bagian yang tidak dimiliki hewan lain selain ruminansia,
yaitu rumen. Fungsi rumen itu sendiri adalah sebagai penampung sementara makanan
setelah ditelan hewan.
Setelah makanan dikunyah di mulut, maka akan
ditampung sementara di rumen yang kemudian akan terjadi fermentasi selulosa
oleh enzim selulase. Setelah melewati rumen, maka siklus makanan tersebut akan
melanjut ke retikulum. Pada retikulum inilah makanan dibentuk menjadi gumpalan
yang masih kasar.
Kemudian, setelah jadi gumpalan ternyata yang
terjadi bukan langsung melanjut ke bagian berikutnya, tapi dimuntahkan dulu ke
mulut untuk dikunyah lagi. Setelah terjadi proses pengunyahan yang kedua
kalinya itu, maka makanan akan melanjut ke retikulum. Setelah melewati proses
tersebut, siklus makanan melanjut lagi menuju omasum dan abomasum.
Bakteri rumen akan menghasilkan suatu enzim yang disebut selulase yang
bertugas merombak selulosa menjadi asam lemak. Akan tetapi, dalam lingkungan
abomasum yang bersifat asam bakteri tidak dapat bertahan hidup, akibatnya
bakteri ini akan mati, kemudian akan dicerna untuk menjadi sumber protein bagi
hewan ruminansia. Dengan demikian, hewan ini tidak memerlukan asam amino
esensial seperti pada manusia. Asam lemak serta protein inilah yang menjadi
bahan baku pembentukkan susu pada sapi.
Sekum pada
ruminansia lebih besar dibandingkan dengan sekum karnivora. Hal ini disebabkan
karena makanan hewan hewan pemakan tumbuhan bervolume besar dan proses
pencernaannya berat, sedangkan pada karnivora volume makanannya kecil dan
percernaan berlangsung dengan cepat.
Usus pada sapi
sangat panjang, usus halusnya bisa mencapai 4 meter. Hal ini dipengaruhi oleh
makanannya yang sebagian besar terdiri dari serat (selulosa) enzim selulase
yang dihasilkan oleh bakteri ini tidak hanya berfungsi untuk mencerna selulosa
menjadi asam lemak, tetapi juga dapat menghasilkan bio gas yang berupa CH4
yang dapat digunakan sebagai sumber energy alternatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar