Musik di belahan
dunia memiliki ciri khas tersendiri, sama halnya dengan musik di Indonesia.
Kekhasan yang dimiliki oleh musik Indonesia adalah melodi, gaya bahasa, alat
musik, serta kegunaan atau makna dalam setiap musik yang dimainkan. Dari
kekhasan yang dimiliki oleh musik Indonesia itu sendiri, melahirkan berbagai genre,
misalnya musik tradisi daerah, musik keroncong, musik dangdut, musik
langgam, musik gambus, musik perjuangan, musik pop, dan masih banyak yang
lainnya.
Mengenai sejarah
musik di Indonesia terdapat beberapa tahapan dari mulai masa prasejarah hingga
masa kini.
1.
Jaman Prasejarah (sebelum abab 1
Masehi)
Menurut Alec Robertson dan Denis Stevens (penulis buku
Geschichte der Musik 1 dari Munchen, Germany), pada jaman Mesolitikum kira-kira
tahun 5000 Sebelum Masehi di Asia Tenggara terdapat 3 ras besar: orang
Australide (penduduk asli), orang Melanesia (berasal dari Asia Tengah), dan
orang Negrito (mungkin dari India). Ketiga ras tersebut sangat berperan besar
dalam perkembangan musik di Indonesia.
Lapisan bawah ini di tumpangi lapisan baru dengan dua
arus imigrasi besar :
A. Imigrasi Pra-Melayu
Antara tahun 2500 dan 1500 Sebelum Masehi kiranya
terjadi suatu perpindahan bangsa dari Asia Tengah ke Asia Tenggara.
Dalam perjalanannya mereka mengutip juga unsur dari
Kaukasus dan Mongolia.
Mereka membawa serta kebudayaan bambu serta teknik
pengolahan lading. Terutama di Annam (Cina Selatan) mereka memperkenalkan
semacam lagu pantun dimana putra dan putri bernyanyi dengan cara sahut menyahut.
Khen |
Mereka memakai sebuah alat tiup bernama Khen terdiri
dari 6 batang bambu yang ditiup bersama dalam kelompok d atau 3 nada. Alat ini
dikenal pula di CinaSheng dan di Kalimantan dengan nama Kledi.
xylofon |
Jika kita ke masa sekarang ada beberapa alat tiup bambu
yang sama dengan alat musik Kledi, seperti suling, angklung dan lain
sebagainya. Kemudian di masa sekarang alat tiup bambu mengalami proses
perkembangan hingga menciptakan berbagai macam alat musik tiup, seperti xylofon Asia Tenggara dalam bentuk berbeda-beda:
sebagai ‘tatung’ di Annam, ‘rangnat’ di Kamboja, ‘ranat’ di Thailand,
‘pattalar’ di Birma, ‘gambang’ di Jawa, ‘kolintang’ di Sulawesi dan Kalimantan.
Xylofon malah diekspor dari Asia Tenggara ke Afrika pada abad 5 Masehi. yang
tersebar diseluruh
B. Imigrasi Proto-Melayu pada jaman
perunggu (abad 4 Sebelum Masehi)
Menurut para ahli sejarah terjadi lagi suatu gelombang
imigrasi ke Indonesia di sekitar abad 4 Sebelum Masehi berpangkal dari suatu
daerah Cina Selatan ‘Annam’. Menurut R. von Heine-Geldern perpindahan suku-suku
dari daerah tersebut lewat Kamboja, Laos, Thailand, Malaysia ke Indonesia dan
berjalan terus ke Filipina, Melanesia dan Polynesia. Hal ini dibuktikan pula
oleh P. Wilhelm Schmidt (1868-1954) yang menemukan bahwa para penduduk Indonesia,
Melanesia dan Polynesia berdasarkan satu bahasa yang sama (yang memang kemudian
berkembang sendiri-sendiri). Teori ini pada jaman sekarang didukung oleh hampir
semua ahli sejarah.
Diperkirakan bahwa gong-gong pertama berasal pula dari
Asia Selatan, karena di dekat Annam, pada tahun 1930-an ditemukan banyak sekali
alat dari perunggu, sehingga terbukti bahwa dari sinilah kebudayaan perunggu
tersebar tidak hanya ke Indonesia tetapi ke seluruh Asia Tenggara. Maka
kebudayaan ini juga disebut “kebudayaan Dong-son”. Kebudayaan ini berlangsung
dari abad 7-1 Sebelum Masehi dan mencapai puncaknya pada abad 3-2 Sebelum
Masehi.
Menurut ahli sejarah tertentu tangga nada Pelog ikut dibawa ke Indonesia oleh kelompok
Proto-Melayu. Menurut Alec Robertson dan Denis Stevens, Pelog mula-mula
tersebar di seluruh Asia Tenggara, namun kemudian terutama dipelihara di Jawa
dan Bali. Karena tidak ada catatan maka tidak dapat diketahui teori musik yang
melatarbelakangi tangga nada yang unik ini.
Gong-gong yang dibawa oleh Proto-Melayu dari Cina Selatan ke
Indonesia-Jawa. Rupa-rupanya mula-mula dipakai untuk upacara mendatangkan hujan
secara magig (mistik).
Pengaruh dari kebudayaan Dong-son ke Indonesia tidak
berarti bahwa di Indonesia waktu itu tidak terdapat kebudayaan sendiri, tetapi
terjadilah suatu perkembangan : benda-benda dari perunggu dan besi yang masuk
“kasalisator” meski sebelumnya di Indonesia diperkirakan tidak ada perunggu
(timah dan kuningan), namun kemudian terbukti bahwa orang Jawa waktu abad-abad
pertama Masehi menjadi ahli dalam hal mengolah logam, terutama perunggu.
2. Jaman Sejarah
Pada abad 1 Masehi perdagangan di Indonesia sangat
intensif sejak menjadi salah satu jalur alternatif lalu lintas perdagangan
internasional pada masa itu. Terutama pada abad 2 dan 3 Masehi, perdagangan
India mulai mendatangi wilayah-wilayah Indonesia. Maka dari itu pengaruh India
di berbagai bidang sangatlah besar. Pengaruh kebudayaan India mencapai puncaknya
dari pertengahan abad 8-11 Masehi. Pada masa itu berkembanglah kebudayaan Jawa
berupa musik dan tari, arsitektur dan seni rupa.
Selain tangga nada Pelog dipakai juga tangga nada Slendro yang bentuk dan
rupanya diperkenalkan oleh Dinasti Syailendra pada abad 8 Masehi. Menurut
cerita tangga nada ini ditemukan oleh dewa Barata Endra atas petunjuk dewa
Shiva. Merurut teori, satu oktaf dibagi dalam 5 interval yang sama (6/5 dari
sekon besar).
Namun ternyata tidak selalu demikian. Malah dalam penggalian
di Jawa, Cina dan musik India ditemukan alat-alat kuno dengan tangga nada yang
mirip dengan tangga nada pentatonic
(dengan interval sekon-sekon dan terts kecil), sama halnya dengan tangga nada.
Perkembangan musik sangat dipengaruhi oleh drama Hindu
dalam bahasa Sansekerta Ramayana. Drama ini diterjemakan dan diolah bebas dalam
banyak bahasa di Asia Tenggara. Pementasan dari fragmen-fragmen drama ini
sangat disukai. Sesudah abad 9 Masehi terdapat terjemahan dalam bahasa Jawa dan
paling sedikit sejak abad 11 Masehi dipentaskan di Jawa.
bonang |
Selain itu dari penggalian-penggalian di Jawa Tengah
telah ditemukan sejumlah besar kumpulan bonang,
nada-nada gender dan saron, lonceng, gendang, gong-gong, namun tidak jelas dari
abad berapa. Tidak semua alat musik tersebut di atas bertahan di Jawa dalam
perkembangan waktu selanjutnya. Namun nampak bahwa alat musik ini telah dipakai
sebelum jaman Hindu. Perlu diketahui bahwa musik gamelan sebagai musik herefon
dengan pola ritme yang kaya, keindahannya terletak justru dalam bunyi bersama
dari lagu dan irama yang saling melengkapi menjadi satu ‘simfoni nada dan
irama’. Sedangkan musik India termasuk musik solotis (vocal maupun
instrumental) meskipun dimainkan juga dalam ansambel sebagai iringan. Namun
aneka ragam alat musik di India tidak digabungkan dalam satu orkes, untuk
memberi kebebasan pada penyanyi dan pemain.
Bahwa seni musik sejak dulu di Jawa mendapat suatu
penghargaan tinggi, dapat disimpulkan dari banyaknya gambar alat musik dalam
relief-relief dari jaman itu serta dari naskah-naskah kuno yang rajin menyebut
nama alat musik dan sebagainya. Jadi Gamelan sebagai orkes mengalami suatu
perkembangan alat musik yang berasal dari India diintergrasikan ke dalam musik
tradisional Jawa: gong-gong dalam macam-macam bentuk dan ukuran, gambang
ditambah sejumlah alat lain yang sebagian ditinggalkan dalam perkembangan
jaman. Bahwa terjadilah suatu perkembangan musik gamelan (sampai sekarang)
membuktikan betapa tinggi musik ini hingga tidak ada bandingnya di Negara lain
di Asia Tenggara.
Pada masa abad 11 pusat politik pindah dari Jawa
Tengah ke Jawa Timur dengan Kerajaan Airlangga yang berhasil menaklukkan
seluruh Jawa (1037), Setelah itu dilanjutkan oleh kerajaan Singasari pada abad
13. Wilayah kekuasaan sampai Kerajaan Majapahit (didirikan oleh Raden Wijaya
dengan patihnya yang tersohor Gajah Mada). Dengan patihnya Gajah Mada pada
tahun 1350-1389 merupakan puncak kejayaan Majapahit dengan Pemerintahan Hayam
Wuruk. Seluruh kepulauan (termasuk kerajaan Sriwijaya) masuk dalam wilayah
Nusantara (itu nama wilayah kerajaan Majapahit di luar pulau Jawa). Maka tidak
mengherankan bahwa pada waktu itu pun gong yang di Jawa dibawa ke seluruh
Nusantara. Namun itu tidak berarti bahwa semua pulau memakai juga musik
gamelan. Meskipun tangga nada Pelog dikenal juga di daerah lain, namun umumnya
musik di luar Jawa dan Bali mengikuti pola lain: ritmik yang kaya serta melodic
yang agak sederhana berdasarkan tangga nada pentatonic tanpa setengah nada
(pentatonic anhemitonis) adalah ciri khasnya.
Pada akhir jaman Hindu gamelan sudah lengkap seperti
jaman sekarang. Hanya satu alat belum ada: rebab.
Meskipun demikian, menurut Jaap Kunst belum tentu semua alat dimainkan selalu
bersama-sama. Mungkin sekali terdapat suatu ansambel dengan alat musik lembut
yang terutama dipakai di dalam ruang dengan gender, gambang dan suling.
Selain itu terdapat ansambel dengan alat musik keras
dengan gendang, cymbal (di Jawa
sudah tidak ada), macam-macam gong yang dipakai terutama diluar gedung untuk
pesta dan pawai. Ansambel alat yang keras seperti di Jawa terdapat terdapat
pula di pulau-pulau lain misalnya di Nias dan Flores Barat.
Gamelan Munggang, ansambel
orkes gamelan tertua, ternyata merupakan ansambel macam ini juga. Menurur
Kurst, kedua ansambel baru digabung menjadi satu orkes gamelan sesudah jaman
Hindu.
1389 – 1520 merupakan jaman kemunduran dan kehancuran
kerajaan Majapahit. Sementara itu di Malaka terjadi perkembangan
kerajaan-kerajaan Islam yang berkuasa sampai Sumetera.
1511 Malaka direbut Portugis dan masuk pula ke
Kepulauan Maluku(1522). Sementara itu di Jawakerajaan Demak, Kerajaan Islam
(1500-1546).
Bersama dengan agama Islam masuk ke Indonesia pula
alat musik Arab: misalnya rebana, rebab,
gambus.
3. Jaman Modern / Masa Kini
Pesatnya kemajuan industri musik di tanah air pada
saat ini diimbangi dengan banyak bermunculannya insan – insan musik yang
mendatangkan angin segar bagi industri tersebut. Seperti halnya dunia film,
dunia musik juga mempunyai pasar serta penggemar yang banyak dengan aliran
musik yang di anutnya, maka berlombalah grup grup musik, duo, maupun solo untuk
meniru. Dengan banyak bermunculannya pendatang baru di dunia musik, maka banyak
pula karya- karyaserya penghargaan – penghargaantentang musik yang sudah di
hasilkan. Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu ditingkatkan dan dikembangkan
bakat generasi muda Indonesia di bidang musik, khususnya mengenai sejarah,
perkembangan serta pengetahuan tentang dunia musik yang sifatnya universal tersebut.
Selain itu mereka juga diharapkan mampu untuk
memperkenalkan karya–karya kancah nasional maupun internasional, sebagai hal
yang patut dibanggakan, dikembangkan, dipertahankan serta di lestarikan keberadaannya.
Mengingat untuk perkembangan dunia musik modern itu sendiri di Indonesia belum
ada wadah yang dapat memberi informasi yang akurat tentang segala hal tentang
dunia musik moderndi Indonesia.
Sedangkan fasilitas untuk mleakukan pelestarian
terhadap karya- karya serta penghargaan musik tersebut belum benar – benar ada.
Oleh karena itu diharapkan adanya suatu wadah yang dapat menampung karya,
penghargaan, minat serta aspirasi yang dapat meningkatkan informasi dan
pengetahuan tentang musik modern yang merupakan salah satu warisan khasanah
budaya Indonesia.
Ragam musik di Indonesia dapat dibedakan atas musik
tradisi, musik keroncong, musik dangdut, musik perjuangan, dan musik pop. Seiring
dengan masuknya media elektronik ke Indonesia, masuk pula berbagai jenis musik
barat, seperti pop, jazz, blues, rock, R&B dan musik- musik negeri India
yang banyak diperkenalakan melalui film-filmnya. Dari perkembangan ini,
terjadilah perpaduan musik asing dengan musik Indonesia. Musik India juga
berpadu dengan musik melayu yang kemudian menghasilkan jenis musik dangdut.
Maka, munculah berbagai musisi Indonesia yang beraliran pop, jazz, blues, rock,
dan R&B. Berkembang pula jenis musik yang memadukan unsur kedaerahan
Indonesia dengan unsur musik barat, terutama alat- alat musiknya. Jenis musik
ini sering disebut musik etnis.
NEXT!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar