contoh Hikayat
Indonesia:
MIMPI DAN IRISAN ROTI
Tiga orang musafir menjadi sahabat dalam suatu perjalanan yang jauh dan melelahkan; mereka bergembira dan berduka bersama, mengumpulkan kekuatan dan tenaga bersama.
Setelah berhari-hari lamanya mereka menyadari bahwa yang
mereka miliki tinggal sepotong roti
dan seteguk air di kendi.
Mereka pun bertengkar tentang siapa yang berhak memakan dan meminum bekal
tersebut. Karena tidak berhasil mencapai persesuaian pendapat, akhirnya mereka
memutuskan untuk membagi saja makanan dan minuman itu menjadi tiga. Namun,
tetap saja mereka tidak sepakat.
Malampun turun; salah seorang mengusulkan agar tidur
saja. Kalau besok mereka bangun, orang yang telah mendapatkan mimpi yang paling
menakjubkan akan menentukan apa yang harus dilakukan.
Pagi berikutnya, ketiga musafir itu bangun ketika
matahari terbit. “Inilah mimpiku,” kata yang pertama. “Aku berada di
tempat-tempat yang tidak bisa digambarkan, begitu indah dan tenang. Aku
berjumpa dengan seorang bijaksana yang mengatakan kepadaku, ‘Kau berhak makan
makanan itu, sebab kehidupan masa lampau dan masa depanmu berharga, dan pantas
mendapat pujian.”
“Aneh sekali,” kata musafir kedua. “Sebab dalam mimpiku,
aku jelas-jelas melihat segala masa lampau dan masa depanku. Dalam masa
depanku, kulihat seorang lelaki maha tahu, berkata, ‘Kau berhak akan makanan
itu lebih dari kawan-kawanmu, sebab kau lebih berpengetahuan dan lebih sabar.
Kau harus cukup makan, sebab kau ditakdirkan untuk menjadi penuntun manusia.”
Musafir ketiga berkata, “Dalam mimpiku aku tak melihat apapun, tak berkata apapun. Aku merasakan
suatu kekuatan yang memaksaku bangun, mencari roti dan air itu, lalu memakannya
di situ juga. Nah, itulah yang kukerjakan semalam.”
Cerita Lisan Rakyat Rusia
Angsa-angsa
Hidup sepasang suami istri. Mereka mempunyai seorang anak perempuan dan
anak laki-laki kecil.
“Putriku,” kata ibunya, “kami akan pergi bekerja, jagalah adikmu! Jangan
keluar dari pekarangan, jadilah anak pintar, nanti kamu akan kami belikan
baju.”
Lalu ayah dan ibunya pergi. Tapi, gadis cilik itu lupa akan pesan orang
tuanya: ia mendudukan adiknya di atas rumput di bawah jendela, dania
sendiri berlari ke jalan, bermain, dan berjalan-jalan. Datang berterbangan
angsa-angsa, mencengkeram anak laki-laki itu, dan membawa anak itu di atas
sayapnya. Gadis cilik itu kembali, melihat adiknya tidak ada! Ia
berseru,mencari ke sana kemari tidak ada! Dia memanggil-manggil adiknya, tapi tak
ada balasan dari adiknya. Air matanya berlinang, menangisi akan mendapatkan hal
yang buruk dari ayah dan ibunya. Ia berlari ke ladang, tapi hanya melihat
angsa-angsa yang berjalan mondar-mandir di kejauhan dan menghilang ke dalam
hutan lebat. Lia menduga bahwa mereka telah membawa adiknya, sudah lama
terdengar desas-desus tentang angsa-angsa itu, yang berbuat jahat dan membawa anak-anak
kecil.Gadis cilik itu pergi mengejar mereka. Ia berlari, berlari, dan melihat berdiri
sebuah tungku. “Tungku, tungku, katakanlah, kemana angsa-angsa itu terbang?”
Tungku menjawab: “Makanlah pastel gandum hitam ku, nanti akan kukatakan.”
“Di rumahku pastel terigu tidak dimakan…”
Tungku tidak mengatakan apapun pada gadis cilik itu. Gadis cilik itu berlari
lagi berdiri pohon apel. “Pohon apel, pohon apel,katakan,kemana angsa-angsa itu
terbang?”
“Makanlah buah apel hutanku ini, nanti akan kukatakan.”
“Di rumahku buah apel kebun tidak dimakan…” Pohon apel itu tidak mengatakan
apa-apa. Gadis cilik itu berlari lagi. Mengalir sungai susu dengan jelai di
tepinya.
“Sungai susu, tepian jelai, kemana angsa-angsa itu terbang?”
“Makanlah jelai dengan susuku ini, nanti akan kukatakan.”
“Di rumahku susu asam tidak diminum…”
Lama ia berlari-lari di ladang, di hutan. Siang mendekati sore, ia tidak
bisa berbuat apa-apa lagi, ia harus pulang ke rumah. Tiba-tiba ia melihat
ada sebuah pondok, dengan satu jendela, di atas kaki
ayam. Ia mengitari pondok itu.Di pondok itu seorang nenek tua, Baba Yaga,
sedang memintal rami. Di atas bangku kecil duduk adiknya yang sedang memainkan
apel-apel
perak. Gadis cilik itu masuk ke pondok: “Hai, nenek!”
“Hai, gadis cilik! Mengapa kamu datang kemari?”
“Aku berjalan-jalan di rawa, bajuku basah, aku datang untuk menghangatkan
diri.”
“Duduklah kemari, pintallah rami ini. Baba Yaga akan memberimu alat
pemintal, dan aku sendiri akan pergi.”
Lalu gadis cilik itu memintal. Tiba-tiba dari bawah tungku keluar seekor
tikus dan berkata padanya: “Gadis cilik, gadis cilik, beri aku bubur, aku akan
menceritakan
sesuatu padamu.”
Gadis cilik itu memberinya bubur, dan tikus itu berkata: “Baba Yaga
pergi memanaskan air. Dia akan membersihkanmu, mengukusmu, meletakkanmu di atas
tungku, memasakmu dan memakanmu,lalu dia sendiri akan memakan habis tulang-
tulangmu.”
Gadis cilik itu duduk tak bergerak, ia menangis, lalu tikus
itu berkata lagi:
“Jangan tunggu lagi, bawa adikmu, larilah, aku akan menggantikanmu memintal
rami.”
Gadis cilik itu membawa adiknya dan berlari. Sementara itu, Baba Yaga
mendekat ke tingkap jendela dan bertanya: “Gadis cilik, kamu masih
memintalkah?”
Tikus menjawab: “Aku masih memintal, nenek…”
Baba Yaga selesai memanaskan air dan kembali menemui gadis cilikitu.
Tapi, di dalam pondok itu tak ada siapa-siapa. Baba Yaga berteriak:
“Angsa-angsa! Kejarlah! Anak gadis itu membawa
adiknya!”
Gadis cilik dan adiknya berlari sampai sungai susu. Ia melihat
angsa-angsa yang terbang. “Wahai sungai, sembunyikan aku!”
“Makanlah jelaiku ini.”
Gadis itu memakannya dan mengucapkan terima kasih. Sungai menutupinya
di bawah tepian jelai. Angsa-angsa itu tidak melihatnya,mereka terbang
melewatinya. Gadis cilik dan adiknya berlari lagi. Tapi, angsa-angsa kembali
dan melihatnya. Apa yang harus dilakukan? Sial!
Berdiri pohon apel… “Wahai pohon apel, sembunyikan aku!”
“Makanlah buah apel hutanku ini.”
Gadis itu segera memakannya dan mengucapkan terima kasih. Pohon apel
lalu melindunginya dengan ranting-ranting dan menutupinya dengan daun-daun.
Angsa-angsa tidak melihatnya, mereka terbang melewatinya.Gadis cilik itu
kembali berlari. Berlari, berlari, tinggal sedikit lagi. Tapi, angsa-angsa
melihatnya, tertawa-tawa, dan berterbangan di atasnya,mengepak-ngepakkan sayap,
melihat, dan hendak merebut adiknya dari tangannya. Gadis cilik itu berlari
sampai tungku. “Wahai tungku, sembunyikan aku!”
“Makanlah pastel gandum hitamku.”
Gadis cilik itu segera memasukkan pastel ke mulutnya, lalu ia sendiri dan
adiknya masuk ke tungku dan duduk dekat lubang tungku. Angsa-angsa itu
terbang, terbang, berteriak, berteriak, dan terbang kembali pada Baba Yaga
tanpa hasil. Gadis cilik itu mengucapkan terima kasih pada tungku dan bersama adiknya
lari pulang ke rumah. Lalu ayah dan ibunya datang.
SINOPSIS
:
Angsa-Angsa
Ada dua anak yang
tinggal bersama orangtuanya. Orangtuanya sedang pergi, dan menyuruh anak
perempuannya menjaga adik laki-lakinya. Tapi anak perempuan itu tidak menjaga
adiknya. Dan akhirnya adiknya dibawa pergi oleh angsa-angsa yang jahat. Dia
mengejar angsa tersebut tapi dia bertemu sebuah tungku, dia bertanya kepada
tungku tersebut. Tapi dia harus makan pastel gandum hitam, namun dia tidak
memakanya. Kemudia dia berlari dan bertanya pada sebuah pohon apel. Tapi dia
harus makan apel tapi dia tetap tidak memakannya. Dia terus berlari menyusuri
sungai susu dengan jelai di tepinya. Tapi dia harus makan susu dan jelai,
tetapi dia tidak memakannya.
Akhirnya dia ingin
pulang kerumahnya, tiba-tiba dia melihat ada sebuah pondok dengan seorang
nenek tua, Baba Yaga dan adiknya yang sedang
memainkan apel-apel perak. Kemudian dia
menghampirinya untuk menghangatkan diri. Baba Yaga memintanya untuk memintal
rami. Saat memintal, tiba-tiba muncul seekor tikus yang memberitahu bahwa anak
perempuan itu akan dimakan oleh Baba Yaga. Segeralah anak itu pergi dengan
membawa adiknya. Setelah Baba Yaga tahu, dia menyuruh angsa-angsanya mengejar
anak perempuan itu dan adiknya. Mereka berlari sampai sungai susu, dan segera
mereka besembunyi setelah makan jelai milik sungai itu. Angsa tidak melihat
mereka tapi kemudian melihat mereka. Mereka pergi ke sebuah pohon apel, dan
segera bersembunyi setelah memakan apelnya. Tapi tetap saja dapat diketahui.
Mereka berlari menuju tungku, dan segera bersembunyi didalamnya setelah makan
pastel gandum hitam. Angsa tidak dapat menangkap mereka dan kembali ke Baba
Yaga tanpa hasil. Anak perempuan itu dan adiknya kembali ke rumah.
Mimpi dan Irisan Roti
Ada
3 orang musafir mereka saling bersahabat ,sedang melakukan perjalan jauh.suatu
ketika mereka kehabisan bekal ,yang tersisa hanya sepotong roti dan seteguk air
dalam kendi,akhirnya mereka saling
bertengkar siapa yang paling berhak memakan roti itu, sampai akhirnya
mereka memutuskan untuk membagi roti itu menjadi 3 bagian dan membiarkannya sampai
esok hari ,mereka juga sepakat siapa diantara mereka yang memiliki mimpi paling
menakjubkan yang berhak memakan roti itu.keesokan harinya mereka saling
becerita tentang mimpi mereka ,musafir pertama bercerita bahwa didalam mimpinya
dia bertemu dengan seseorang dan orang itu mengatakan bahwa yang paling berhak
memakan roti itu adalah dia ,seolah tidak mau kalah musafir kedua juga
menceritakan tentang mimpinya bahwa ia bertemu dengan seseorang dan orang itu
mengatakan bahwa dia adalah orang yang paling sabar dan mempunyai pengetahuan
luas dibanding kedua temanya, jadi dialah yang paling berhak memakan roti
itu.sampai akhirnya tibalah giliran musafir ketiga yang bercerita ,ia
mengatakan dalam mimpinya dia bertemu seseorang dan orang itu menyuruhnya
bangun untuk memakan roti itu ,ia pun terbangun dan mencari-cari roti itu lalu
memakannya.
AMANAT HIKAYAT MIMPI
DAN IRISAN ROTI
- Selesaikan masalah dengan musyawarah
AMANAT ANGSA-ANGSA
- Jangan meninggalkan tanggung jawab
- Jangan selalu berpikiran negative pada orang yang baru kita kenal
- Jangan mudah percaya pada orang yang baru kita kenal
- Hadapi masalah dengan tegar.
PERSAMAAN :
- Cerita Mimpi dan Irisan Roti termasuk sastra lama begitu pula Dongeng Angsa-Angsa.
- Cerita Mimpi dan Irisan Roti nama pengarangnya tidak disebutkan begitu pula dengan Dongeng Angsa-Angsa juga tidak menyebutkan nama pengarangnya
- Dalam cerita Mimpi dan Irisan Roti menggunakan bahasa yang bernuansa Melayu, begitu pula dengan Dongeng Angsa-Angsa.
- Dalam cerita Mimpi dan Irisan Roti dan Dongeng Angsa-Angsa, tokoh utama menggunakan akal dan keberuntungannya dalam mengatasi persoalannya
- Kedua cerita tersebut berakhir dengan bahagia (happy ending). Karena tokoh utama dalam cerita tersebut mendapatkan apa yang mereka inginkan.
PERBEDAAN :
No.
|
Cerita Mimpi dan Irisan Roti
|
Dongeng Angsa-Angsa.
|
1.
|
Cerita berasal dari Indonesia
|
Cerita beraal dari Rusia
|
2.
|
Pada
awal cerita 3 orang musafir yang saling bersahabat sedang melakukan suatu
perjalanan yang jauh dan kehabisan bekal makanan
|
Pada awal cerita adik dari anak
perempuan yang ditinggal orang tuanya bekerja, diculik oleh para angsa-angsa
peliharaan Baba Yaga.
|
3.
|
Menceritakan tentang
perselisahan antara 3 orang musafir untuk memutuskan siapa yang paling berhak
memakan seiris roti
|
Menceritakan tentang perjuangan seorang gadis kecil untuk menyelamatkan adiknya
dari cengkraman Baba yaga.
|
4.
|
Dalam cerita ini tokoh utamanya tidak
meminta bantuan untuk mendapatkan makanan
|
Dalam cerita ini tokoh utama meminta
bantuan perlindungan dari kejaraan angsa-angsa milik Baba Yaga
|
5.
|
Tokoh dalam cerita ini adalah tiga
orang musafir
|
Tokoh dalam cerita ini adalah seorang
anak perempuan, angsa-angsa, Baba Yaga anak laki-laki dan orangtua anak
pempuan.
|
6.
|
Tokoh utama dalam cerita ini serba
kekurangan atau miskin
|
Tokok utama dalam cerita ini serba ada
atau cukup kaya
|
7.
|
Dalam cerita ini, tidak
mendiskripsikan latar tempat
|
Dalam cerita ini mendiskripsikan latar
tempat yaitu di rumah, di jalan, di sungai dan di sebuah pondok
|
8.
|
Dalam akhir cerita, tokoh utama
mendapatkan makanan yang dia inginkan
|
Dalam akhir cerita, tokoh utama mendapatkan
adiknya kembali yang telah dia cari
|
0 komentar:
Posting Komentar