BIOTEKNOLOGI KONVENSIONAL
v
Proses
Pembuatan Yoghurt
Untuk membuat yoghurt, susu dipasteurisasi
terlebih dahulu, selanjutnya sebagian besar lemak dibuang. Mikroorganisme yang
berperan dalam pembuatan yoghurt, yaitu Lactobacillus Bulgaricus dan Streptococcus
Termophillus. Kedua bakteri tersebut ditambahkan susu dengan jumlah
yang seimbang, selanjutnya disimpan kurang lebih 5 jam pada temperatur 45۫C. Selama penyimpanan tersebut pH akan
turun menjadi 4,0 sebagai akibat dari kegiatan bakteri asam laktat. Selanjutnya
susu didinginkan dan dapat diberi cita rasa.
v
Proses
Pembuatan Keju
Dalam pembuatan keju
digunakan bakteri asam laktat, yaitu Lactobacillus dan Streptococcus.
Bakteri tersebut berfungsi mempermentasikan laktosa dalam susu menjadi asam
laktat.
Proses pembuatan keju diawali
dengan pemanasan susu dengan suhu 90۫C atau dipasteurisasi, kemudian didinginkan
sampai 30۫C.
Selanjutnya bakteri asam laktat dicampurkan. Akibat dari kegiatan bakteri
tersebut pH menurun dan susu terpisah menjadi whey dan dadih padat, kemudian
ditambah enzim rennin dari lambung sapi muda untuk mengumpulkan dadih. Enzim
rennin dewasa ini telah diganti dengan enzim buatan, yaitu klimosin.
Dadih yang terbentuk
selanjutnya dipanaskan pada temperature 32۫C-420۫C dan ditambah garam, kemudian ditekan
untuk membuang air dan disimpan agar matang. Adapun whey yang terbentuk diperas
lalu digunakan untuk makanan sapi.
v
Proses
Pembuatan Tempe
Untuk membuat tempe , selain diperlukan
bahan dasar kedelai juga diperlukan ragi. Ragi merupakan kumpulan spora
mikroorganisme, dalam hal ini kapang. Dalam proses pembuatan tempe paling sedikit diperlukan 4 jenis
kapang dari genus Rhyzopus, yaitu Rhyzopus
Oligosporus, Rhyzopus Sotolonifer, Rhyzopus Arrhizus dan Rhyzopus Oryzae.
Miselium dari kapang tersebut akan mengikat keping-keping baja kedelai
mempermentasikan menjadi produk tempe .
Proses permentasi tersebut menyebabkan terjadinya perubahan kimia pada protein,
lemak dan kabrohidrat. Perubahan tersebut meningkatkan kadar protein tempe sampai sembilan kali
lipat.
BIOTEKNOLOGI MODERN
v Proses Pembuatan Vaksin
Proses pembuatan radio-vaksin koksivet
adalah sebagai berikut:
1. Galur murni ookista diinokulasipada anak
ayam secara oral. Setelah 9 hari, anak ayam diambil ookistanya dari usus buntu
dengan cara mengerok lapisan epithel. Ookista tersebut diblender dengan
hati-hati agar tidak rusak, selanjutnya dimasukkan ke dalam larutan K2Cr2O7
selama 48 jam pada suhu 27° -29° . Setelah bersporasi mencapai merozoit,
kemudian diblender lagi untuk membebaskan ookista yang masih menempel di
epithel, dicuci dengan NaCl 0,85% dan dipusingkan sebanyak 3 kali.
2. Ookista diiradiasi dengan radiasi ganmma
dosis 125 Gy dengan pelindung timah hitam 10% pada laju dosis 962.334 Gy/jam.
Ookista yang telah diiradiasi diinokulasi pada anak ayam umur 10-12 hari dengan
dosis 1x10 5 ookista.
3. Proses selanjutnya sampai dengan proses
pencucian ookista sama dengan proses tersebut diatas (nomor 1). Produksi
ookista dihitung secara makroskopik, ookista lewatan kedua diberikan media
alhidrogel atau Al(OH)3 . suspensi ookista tersebut diformulasikan dengan
alhidrogel 2% dalam perbandingan 1 : 1 sehingga setiap 0,2 ml vaksin berisi
1x10 5 ookista. Vaksin dikemas dalam botol 20ml dan diberi label.
v Proses Pembuatan Antibodi Monoklonal
Pada tahun 1975, Kohler dan Milstein dalam
percobaan mereka yang terkenal menunjukkan bahwa limfosit yang menghasilkan
antibode dapat dilebur dengan sel mieloma atau malignan. Perbanyakan secara
cepat terjadi pada sel mieloma dan hibrid sel mieloma (hibridoma). Peleburan
itu dapat mengekspresikan limfosit penghasil antibody yang spesifik maupun
sifat mieloma yang memperbanyak sel secara berkelanjutan, maka timbullah
antibody monoclonal.
Pembuatan antibody monoclonal dilakukan dengan bantuan kelinci, atau tikus.
Langkah pertama adalah menginjeksikan antigen ke tubuh kelinci atau tikus
percobaan, kemudian limpanya dipisahkan. Selanjutnya akan terjadi peleburan sel
limpa dengan sel mieloma.
Sekitar 1% dari sel limpa adalah sel plasma yang menghasilkan antibody, sedang
10% dari hibridoma akhir terdiri dari sel yang menghasilkan antibody. Namun,
setiap sel hibridoma hanya dapat menghasilkan satu antibody.
Dalam hal ini, teknik seleksi dapat dikembangkan untuk mengidentifikasi sel
tersebut, kemudian dilakukan pengembangan atau pengklonan berikutnya. Klon yang
diperoleh dari hibridoma antibody monoclonal dapat disimpan beku kemudian dapat
diinjeksikan kedalam tubuh hewan atau dibiakkan dalam suatu kultur dimana klon
menghasilkan anti bodi dalam jumlah besar.
Kegunaan antibody monoclonal cukup beragam. Para
ilmuwan berharap agar dapat menggunakan antibody monoclonal dalam pengobatan
kanker. Beberapa jenis sel kanker membuat antigen yang berbeda dengan yang
dibuat sel-sel sehat. Jika antibody monoclonal yang hanya menyerang protein
abnormal dapat dibuat, dan harus memungkinkan menyerang sel-sel kanker dengan
obat-obatan tanpa mempengaruhi sel-sel yang sehat.
0 komentar:
Posting Komentar