BIOTEKNOLOGI

Jumat, 17 Agustus 2012
BIOTEKNOLOGI KONVENSIONAL

v  Proses Pembuatan Yoghurt


Untuk membuat yoghurt, susu dipasteurisasi terlebih dahulu, selanjutnya sebagian besar lemak dibuang. Mikroorganisme yang berperan dalam pembuatan yoghurt, yaitu Lactobacillus Bulgaricus dan Streptococcus Termophillus. Kedua bakteri tersebut ditambahkan susu dengan jumlah yang seimbang, selanjutnya disimpan kurang lebih 5 jam pada temperatur 45۫C. Selama penyimpanan tersebut pH akan turun menjadi 4,0 sebagai akibat dari kegiatan bakteri asam laktat. Selanjutnya susu didinginkan dan dapat diberi cita rasa.   


v  Proses Pembuatan Keju

Dalam pembuatan keju digunakan bakteri asam laktat, yaitu Lactobacillus dan Streptococcus. Bakteri tersebut berfungsi mempermentasikan laktosa dalam susu menjadi asam laktat.
Proses pembuatan keju diawali dengan pemanasan susu dengan suhu 90۫C atau dipasteurisasi, kemudian didinginkan sampai 30۫C. Selanjutnya bakteri asam laktat dicampurkan. Akibat dari kegiatan bakteri tersebut pH menurun dan susu terpisah menjadi whey dan dadih padat, kemudian ditambah enzim rennin dari lambung sapi muda untuk mengumpulkan dadih. Enzim rennin dewasa ini telah diganti dengan enzim buatan, yaitu klimosin.
Dadih yang terbentuk selanjutnya dipanaskan pada temperature 32۫C-420۫C dan ditambah garam, kemudian ditekan untuk membuang air dan disimpan agar matang. Adapun whey yang terbentuk diperas lalu digunakan untuk makanan sapi.

v  Proses Pembuatan Tempe

Untuk membuat tempe, selain diperlukan bahan dasar kedelai juga diperlukan ragi. Ragi merupakan kumpulan spora mikroorganisme, dalam hal ini kapang. Dalam proses pembuatan tempe paling sedikit diperlukan 4 jenis kapang dari genus Rhyzopus, yaitu Rhyzopus Oligosporus, Rhyzopus Sotolonifer, Rhyzopus Arrhizus dan Rhyzopus Oryzae. Miselium dari kapang tersebut akan mengikat keping-keping baja kedelai mempermentasikan menjadi produk tempe. Proses permentasi tersebut menyebabkan terjadinya perubahan kimia pada protein, lemak dan kabrohidrat. Perubahan tersebut meningkatkan kadar protein tempe sampai sembilan kali lipat.



BIOTEKNOLOGI MODERN

v  Proses Pembuatan Vaksin

Proses pembuatan radio-vaksin koksivet adalah sebagai berikut:

1. Galur murni ookista diinokulasipada anak ayam secara oral. Setelah 9 hari, anak ayam diambil ookistanya dari usus buntu dengan cara mengerok lapisan epithel. Ookista tersebut diblender dengan hati-hati agar tidak rusak, selanjutnya dimasukkan ke dalam larutan K2Cr2O7 selama 48 jam pada suhu 27° -29° . Setelah bersporasi mencapai merozoit, kemudian diblender lagi untuk membebaskan ookista yang masih menempel di epithel, dicuci dengan NaCl 0,85% dan dipusingkan sebanyak 3 kali.

2. Ookista diiradiasi dengan radiasi ganmma dosis 125 Gy dengan pelindung timah hitam 10% pada laju dosis 962.334 Gy/jam. Ookista yang telah diiradiasi diinokulasi pada anak ayam umur 10-12 hari dengan dosis 1x10 5 ookista.

3. Proses selanjutnya sampai dengan proses pencucian ookista sama dengan proses tersebut diatas (nomor 1). Produksi ookista dihitung secara makroskopik, ookista lewatan kedua diberikan media alhidrogel atau Al(OH)3 . suspensi ookista tersebut diformulasikan dengan alhidrogel 2% dalam perbandingan 1 : 1 sehingga setiap 0,2 ml vaksin berisi 1x10 5 ookista. Vaksin dikemas dalam botol 20ml dan diberi label.



v  Proses Pembuatan Antibodi Monoklonal
    
    Pada tahun 1975, Kohler dan Milstein dalam percobaan mereka yang terkenal menunjukkan bahwa limfosit yang menghasilkan antibode dapat dilebur dengan sel mieloma atau malignan. Perbanyakan secara cepat terjadi pada sel mieloma dan hibrid sel mieloma (hibridoma). Peleburan itu dapat mengekspresikan limfosit penghasil antibody yang spesifik maupun sifat mieloma yang memperbanyak sel secara berkelanjutan, maka timbullah antibody monoclonal.




     Pembuatan antibody monoclonal dilakukan dengan bantuan kelinci, atau tikus. Langkah pertama adalah menginjeksikan antigen ke tubuh kelinci atau tikus percobaan, kemudian limpanya dipisahkan. Selanjutnya akan terjadi peleburan sel limpa dengan sel mieloma. 

     Sekitar 1% dari sel limpa adalah sel plasma yang menghasilkan antibody, sedang 10% dari hibridoma akhir terdiri dari sel yang menghasilkan antibody. Namun, setiap sel hibridoma hanya dapat menghasilkan satu antibody.

     Dalam hal ini, teknik seleksi dapat dikembangkan untuk mengidentifikasi sel tersebut, kemudian dilakukan pengembangan atau pengklonan berikutnya. Klon yang diperoleh dari hibridoma antibody monoclonal dapat disimpan beku kemudian dapat diinjeksikan kedalam tubuh hewan atau dibiakkan dalam suatu kultur dimana klon menghasilkan anti bodi dalam jumlah besar.

     Kegunaan antibody monoclonal cukup beragam. Para ilmuwan berharap agar dapat menggunakan antibody monoclonal dalam pengobatan kanker. Beberapa jenis sel kanker membuat antigen yang berbeda dengan yang dibuat sel-sel sehat. Jika antibody monoclonal yang hanya menyerang protein abnormal dapat dibuat, dan harus memungkinkan menyerang sel-sel kanker dengan obat-obatan tanpa mempengaruhi sel-sel yang sehat.

0 komentar:

Posting Komentar