Makalah Kimia “Standart Air Bersih”

Jumat, 11 Mei 2012

KATA PENGANTAR

          Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul  “STANDART AIR BERSIH” sesuai dengan yang direncanakan.
          Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk media pembelajaran bagi siswa agar siswa bisa menguji kualitas air yang mereka konsumsi. Pada kesempatan ini pula kami ingin menyampaikan terima kasih kepada Ibu Endras,S.Pd yang telah membimbing kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan guna perbaikan di masa mendatang dan semoga manfaat bagi kita semua.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Semua makhluk hidup di dunia ini, termasuk manusia membutuhkan air dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Tanpa air kita tidak akan bisa bertahan hidup. Karena kita tahu bahwa komposisi tubuh manusia terdiri dari atas 75 persen air dan 25 persen bahan padat. Jika tubuh kita kekurangan air, kita akan rentan terserang penyakit dan mengalami dehidrasi.

Akibatnya tubuh menjadi lemas dan dan konsentrasi terganggu.
Tidak hanya itu, dalam kehidupan sehari-hari pun kita membutuhkan banyak air, seperti untuk memasak, mencuci, mandi dan keperluan-keperluan lainnya. Oleh karena itu, kita tidak boleh menyepelekan keberadaan air dalam kehidupan kita.

Sesungguhnya bila kita telaah, alam begitu banyak mengandung air dan Tuhan memang mencipatakan air untuk dimanfaatkan oleh manusia sebaik mungkin. Namun yang patut dipertanyakan, kenapa kita kadang masih kekurangan air?, khususnya air bersih. Apalagi di kota-kota besar seperti jakarta, air merupakan barang yang begitu berharga atau bahkan bisa dianggap hampir langka.

Terbukti ketika PAM mati semua bingung mencari air. Untuk mendapatkan air bersih kita harus berkorban mengeluarkan uang banyak. Dan ini terjadi tak lepas dari kurangnya perhatian dan kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian alam dan menjaga air tetap bersih. Kita bisa lihat sungai-sungai saat ini telah banyak tercemar oleh limbah industri, kotoran manusia dan sampah-sampah yang dibuang sembarangan.

Maka dari itu, diharapkan kesadaran kita, bagaimana menjaga lingkungan kita agar tetap bersih serta menggunakan air sesuai dengan fungsinya, tidak menghambur-hamburkannya dengan sesuka hatinya. Sehingga ketersediaan air tetap bisa kita nikmati sepanjang jaman, termasuk generasi kita yang akan datang.

1.2    Tujuan
1.      Mengetahui standar dari air bersih
2.      Mengetahui aplikasi pH untuk mengukur tingkat pencemaran air
3.      Mengetahui indikasi pencemaran air

1.3    Rumusan masalah
Sesuai dengan judul dan latar belakang, maka akan dirumuskan masalah
sebagai berikut :
a.       Bagaimana cara mengetahui standar dari air bersih ?
b.      Bagaimana cara mengetahui aplikasi pH untuk mengukur tingkat pencemaran air?
c.       Bagaimana cara mengetahui indikasi pencemaran air ?

BAB II
ISI

1.      Standart air bersih
Air jernih yang kita lihat sehari-hari, yang biasa kita minum, apakah sudah bener-benar sehat dan juga layak untuk kita konsumsi? Dari mana kita tahu air tersebut memang bersih. Mengutip Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/menkes/sk/xi/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan industri terdapat pengertian mengenai Air Bersih yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak.
1. Syarat fisik, antara lain:
a. Air harus bersih dan tidak keruh
b. Tidak berwarna apapun
c. Tidak berasa apapun
d. Tidak berbau apaun
e. Suhu antara 10-25 C (sejuk)
f. Tidak meninggalkan endapan
2. Syarat kimiawi, antara lain:
a. Tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun
b. Tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan
c. Cukup yodium
d. pH air antara 6,5 – 9,2
3. Syarat mikrobiologi, antara lain:
Tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, tipus, kolera, dan bakteri
    patogen penyebab penyakit.
Seperti kita ketahui jika standar mutu air sudah diatas standar atau sesuai dengan standar tersebut maka yang terjadi adalah akan menentukan besar kecilnya investasi dalam pengadaan air bersih tersebut, baik instalasi penjernihan air dan biaya operasi serta pemeliharaannya. Sehingga semakin jelek kualitas air semakin berat beban masyarakat untuk membayar harga jual air bersih. Dalam penyediaan air bersih yang layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat banyak mengutip Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 173/Men.Kes/Per/VII/1977, penyediaan air harus memenuhi kuantitas dan kualitas, yaitu:
a. Aman dan higienis.
b. Baik dan layak minum.
c. Tersedia dalam jumlah yang cukup.
d. Harganya relatif murah atau terjangkau oleh sebagian besar masyarakat
Parameter yang ada digunakan untuk metode dalam proses perlakuan, operasi dan biaya. Parameter air yang penting ialah parameter fisik, kimia, biologis dan radiologis yaitu sebagai berikut:
Parameter Air Bersih secara Fisika
1. Kekeruhan
2. Warna
3. Rasa & bau
4. Endapan
5. Temperatur
Parameter Air Bersih secara Kimia
1. Organik, antara lain: karbohidrat, minyak/ lemak/gemuk, pestisida, fenol, protein, deterjen, dll.
2. Anorganik, antara lain: kesadahan, klorida, logam berat, nitrogen, pH, fosfor,belerang, bahan-bahan beracun.
3. Gas-gas, antara lain: hidrogen sulfida, metan, oksigen.
Parameter Air Bersih secara Biologi
1. Bakteri
2. Binatang
3. Tumbuh-tumbuhan
4. Protista
5. Virus
Parameter Air Bersih secara Radiologi
1. Konduktivitas atau daya hantar
2. Pesistivitas
3. PTT atau TDS (Kemampuan air bersih untuk menghantarkan arus listrik)
Dengan standar tersebut maka air konsumsi yang kita gunakan akan aman bagi kesehatan kita, karena itu jadilah manusia yang selektif demi kesehatan dan juga keberlangsungan kita. Semoga bermanfaat.
2.      Aplikasi pH untuk Mengukur Tingkat Pencemaran Air
Ada banyak indikator yang menunjukkan tingkat pencemaran air tanah, yang harus dilakukan di laboratorium. Namun secara sederhana air tanah yang tercemar juga bisa dikenali lewat pengamatan fisik.
Untuk mendapatkan air tanah dengan kualitas baik, sumur harus dibuat dengan kedalaman tertentu. Sumur yang terlalu dangkal akan terisi air permukaan, yang lebih mudah terkontaminasi oleh cemaran atau polutan.
Sumber pencemaran terdiri dari polutan alami (mineral dan mikroorganisme) serta polutan buatan. Polutan buatan manusia seperti residu (sisa) bahan kimia umumnya lebih berbahaya dibandingkan polutan alami.
Polutan buatan bisa datang dari limbah rumah tangga, industri maupun pertanian. Dari rumah tangga antara lain berupa air sabun bekas cucian. Dari industri lebih beragam, sementara dari pertanian antara lain pupuk dan pestisida.
Air bersih yang layak untuk dikonsumsi seharusnya tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna. Adanya pencemaran menyebabkan perubahan pada sifat tersebut.
Tanda-tanda bahwa air tanah sudah tercemar dapat dikenali melalui pengamatan fisik. Beberapa di antaranya seprti dikutip dari Indiastudychannel, Selasa (25/5/2010) adalah:
1. Warna kekuningan akan muncul jika air tercemar chromium dan materi organik. Jika air berwarna merah kekuningan, itu menandakan adanya cemaran besi. Sementara pengotor berupa lumpur akan memberi warna merah kecoklatan.
2. Kekeruhan juga merupakan tanda bahwa air tanah telah tercemar oleh koloid (bio zat yang lekat seperti getah atau lem). Lumpur, tanah liat dan berbagai mikroorganisme seperti plankton maupun partikel lainnya bisa menyebabkan air berubah menjadi keruh.
3. Polutan berupa mineral akan membuat air tanah memiliki rasa tertentu. Jika terasa pahit, pemicunya bisa berupa besi, alumunium, mangaan, sulfat maupun kapur dalam jumlah besar.
4. Air tanah yang rasanya seperti air sabun menunjukkan adanya cemaran alkali. Sumbernya bisa berupa natrium bikarbonat, maupun bahan pencuci yang lain misalnya detergen.
5. Sedangkan rasa payau menunjukkan kandungan garam yang tinggi, sering terjadi di daerah sekitar muara sungai.
6. Bau yang tercium dalam air tanah juga menunjukkan adanya pencemaran. Apapun baunya, itu sudah menunjukkan bahwa air tanah tidak layak untuk dikonsumsi.
(sumber detikhealth)
3. Indikator Pencemaran Air
Indikator yang umum diketahui pada pemeriksaan pencemaran air adalah sebagai berikut.
  1. pH atau Konsentrasi Ion Hidrogen
Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH sekitar 6,5 – 7,5. Air akan bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya pH. Bila pH di bawah pH normal, maka air tersebut bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH di atas pH normal bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan industri akan mengubah pH air yang akhirnya akan mengganggu kehidupan biota akuatik.
Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahab pH dan menyukai pH antara 7 – 8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan , misalnya proses nitrifikasi akan berakhir pada pH yang rendah. Pengaruh nilai pH pada komunitas biologi perairan dapat dilihat pada table di bawah ini :

Tabel : Pengaruh pH Terhadap Komunitas Biologi Perairan
Nilai pH
Pengaruh Umum
6,0 – 6,5
Keanekaragaman plankton dan bentos sedikit menurun
Kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas tidak mengalami perubahan
5,5 – 6,0
Penurunan nilai keanekaragaman plankton dan bentos semakin tampak Kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas masih belum mengalami perubahan yang berarti
Algae hijau berfilamen mulai tampak pada zona litoral
5,0 – 5,5
Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton, perifilton dan bentos semakin besar
Terjadi penurunan kelimpahan total dan biomassa zooplankton dan bentos
Algae hijau berfilamen semakin banyak
Proses nitrifikasi terhambat
4,5 – 5,0
Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton, perifilton dan bentos semakin besar
Penurunan kelimpahan total dan biomassa zooplankton dan bentos
Algae hijau berfilamen semakin banyak
Proses nitrifikasi terhambat
Sumber : (modifikasi Baker et al., 1990 dalam Efendi, 2003)
Pada pH < 4, sebagian besar tumbuhan air mati karena tidak dapat bertoleransi terhadap pH rendah. Namun ada sejenis algae yaitu Chlamydomonas acidophila mampu bertahan pada pH =1 dan algae Euglena pada pH 1,6

   2. Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen, DO)
Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut dengan kebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme

   3. Kebutuhan Oksigen Biokimia (Chemical Oxygen Demand, COD)
Dekomposisi bahan organic terdiri atas 2 tahap, yaitu terurainya bahan organic menjadi anorganik dan bahan anorganik yang tidak stabil berubah menjadi bahan anorganik yang stabil, misalnya ammonia mengalami oksidasi menjadi nitrit atau nitrat(nitrifikasi). Pada penentuan nilai BOD, hanya dekomposisi tahap pertama yang berperan,sedangkan oksidasi bahan anorganik (nitrifikasi) dianggap sebagai zat pengganggu. Dengan demikian, BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam lingkungan air untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan organic yang ada dalam air menjadi karbondioksida dan air.
Jumlah mikroorganisme dalam air lingkungan tergantung pada tingkat kebersihan air. Air yang bersih relative mengandung mikroorganisme lebih sedikit dibandingkan yang tercemar. Air yang telah tercemar oleh bahan buangan yang bersifat antiseptic atau bersifat racun, seperti fenol, kreolin, detergen, asam cianida, insektisida dan sebagainya, jumlah mikroorganismenya juga relative sedikit. Sehingga makin besar kadar BOD nya, maka merupakan indikasi bahwa perairan tersebut telah tercemar, sebagai contoh adalah kadar maksimum BOD5 yang diperkenankan untuk kepentingan air minum dan menopang kehidupan organisme akuatik adalah 3,0 – 6,0 mg/L berdasarkan UNESCO/WHO/UNEP,1992.

   4. Kebutuhan Oksigen Kimiawi (COD)
COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi secara biologis maupun yang sukar didegradasi. Bahan buangan organic tersebut akan dioksidasi oleh kalium bichromat yang digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent) menjadi gas CO2 dan gas H2O serta sejumlah ion chrom. 
Jika pada perairan terdapat bahan organic yang resisten terhadap degradasi
biologis, misalnya tannin, fenol, polisacharida dansebagainya, maka lebih cocok dilakukan pengukuran COD daripada BOD. Kenyataannya hampir semua zat organic dapat dioksidasi oleh oksidator kuat seperti kalium permanganat dalam suasana asam,diperkirakan 95% - 100% bahan organic dapat dioksidasi.
Seperti pada BOD, perairan dengan nilai COD tinggi tidak diinginkan bagi
kepentingan perikanan dan pertanian. Nilai COD pada perairan yang tidak tercemar biasanya kurang dari 20 mg/L, sedangkan pada perairan tercemar dapat lebih dari 200mg/L dan pada limbah industri dapat mencapai 60.000 mg/L (UNESCO,WHO/UNEP,1992).

BAB III
PENUTUP
1.      KESIMPULAN
Air sangat penting untuk berlangsungnya kehidupan bagi Makhluk hidup di Bumi, sehingga apabila air mengalami pencemaran maka tidak bisa menunjang kehidupan manusia maupum makhluk hidup. Indikator-indikator yang digunakan sebagai standart air bersih mencakup indikator fisik, kimiawi, dan Biologis. Jika air memenuhi indikator tersebut maka dikatakan sebagai air bersih dan layak untuk dikonsumsi.
Apabila air tersebut mengalami pencemaran maka perlu dilakukan penanggulan seperti yang dijelaskan pada bab pembahasan, agar air tersebut menjadi standart air bersih.
DAFTAR PUSTAKA
 www.wikipedia.com
 www.presidenri.go.id
 http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/tugas-kuliah-lainnya/air-bersih
 http://virochemist.blogspot.com/2010/12/indikator-pencemaran-air.html

0 komentar:

Posting Komentar